Feature, Lampung Timur - Hembusan angin laut menerpa pepohonan mangrove pinggir pantai. Lambaian daun-daun mangrove membuat desiran angin yang menyejukkan sejumlah penikmat wisata yang sedang duduk di balai-balai bambu bawah pohon pencegah ombak.
Dua remaja sedang menikmati Pantai Mutiara Bahari yang juga lokasi pelestari mangrove. Foto: Agus |
Panas terik matahari tepat pukul 11.30 WIB, seorang lelaki berperawakan sedang, tampak sibuk memilah pohon-pohon mangrove yang masih muda di dalam petak bambu ukuran 2x3 meter.
Petak bambu itu mengandung ribuan magrove yang sengaja dipakai untuk pelindung mangrove muda yang masih berumur 1 tahun.
"Saya sengaja menempatkan dengan teknik bergerombol, dengan 5 meter masing-masing petak nya. Karena di samping melestarikan mangrove pun kami desain guna objek wisata," ujar Didit Widianto kepada Kupas Tuntas, Sabtu (23/1/2021).
Didit menyatakan secara sukarela melestarikan mangrove di pesisir laut yang berbatasan langsung dengan tiga desa, yakni Desa Karya Makmur, Desa Karya Tani dan Desa Bandar Negeri.
"Saya tanpa bayaran dan saya lakukan sebab saya orang konservasi. Saya menekuni dan cinta konservasi semenjak 2016 dan belajar dari rekan-rekan partner konservasi," lanjut lelaki yang masih lajang itu.
Setelah mendapat ilmu secara otodidak, oleh lelaki lulusan SMA itu diterapkan di desa lokasi tinggalnya di Desa Karya Makmur, Kecamatan Labuhan Maringgai.
Terakhir Didit mengerjakan penanaman mangrove pada 2020 sejumlah 38 ribu batang di sepanjang pantai objek wisata Mutiara Bahari.
"Ya saya bisa bibit dari BPDas, dan saya tanam bareng rekan-rekan secara sukarela. Tujuannya guna mempertahankan situasi pantai supaya tidak terjadi abrasi," tegas lelaki kelahiran 1991 silam.
Sementara siang itu, sebanyak mahasiswa dengan almamater warna hijau dari Universitas Diponegoro, tampak bertukar pikiran dengan penduduk setempat di bawah rindang pohon mangrove. Diskusi tersebut tak beda memanfaatkan mangrove sebagai bahan UMKM.
"Ya mahasiswa dari Jawa Tengah itu. Sudah satu bulan mengabdikan ilmu nya memberi inovasi untuk masyarakat pesisir supaya bisa memanfaatkan mangrove. Mereka tersebut kesini tugas kuliah," lanjutnya.
Masyarakat Desa Karya Makmur ketika ini sudah dapat memanfaatkan mangrove yang dapat dijadikan sumber UMKM dari sekian banyak produk yang didapatkan dari mangrove.
"Ya kini warga paham guna mangrove yang lebih luas, yang awalnya warga tahunya mangrove melulu sebagai pencegah abrasi," cerah Didit.
Didit menjelaskan, sekian banyak produk yang didapatkan dari mangrove yakni sirup, selai roti, asinan buah, kripik, dodol dan dapat dibuat untuk kebutuhan non makanan laksana hand sanitizer, penawar nyamuk, sampo dan sabun cair.
Setelah penduduk pesisir setempat menguasai pengolahan mangrove menjadi makanan, mudah-mudahan kedepan dapat dipasarkan di tempat wisata pantai mutiara bahari. (Agus. S)
Sumber : Kupas Tuntas
0 Komentar