Feature Update

6/recent/ticker-posts

Ad Code

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

Tangan Terampil Wahyuni Merubah Singkong Racun Jadi Makanan Lezat

Sri Wahyuni saat membuat kerupuk eyek-eyek. Foto: Agus. S

Feature, Lampung Timur - Dua karung ukuran 50 kilogram yang terisi kerupuk eyek-eyek berdiri tersandar pada tembok, dan dua ember ukuran 30 kilogram juga diisi makanan jenis kerupuk tersebut. Semua disiapkan Sri Wahyuni untuk dipungut oleh pelanggannya.

Sebuah penggiling singkong yang telah lawas mesin nya baru saja berhenti. Singkong yang baru saja tergiling dan berubah serupa bubur tersebut dimasukan ke dalam ember.

"Singkong yang baru saja saya giling terus saya rendam lebih dulu guna menetralkan racun," ucap Sri Wahyuni, saat didatangi Kupas Tuntas, Sabtu (17/4/2021).

Bahan yang dipakai untuk kerupuk eyek-eyek yaitu singkong jenis Thailand. Dimana singkong itu berisi racun. Namun andai piawai mengolahnya, maka bakal menjadi bahan makanan yang lumayan layak guna dikonsumsi.

Seperti Sri Wahyuni yang telah 10 tahun membuat eyek-eyek dengan bahan singkong yang familiar pahit dan beracun.

Tapi ibu dua anak tersebut sudah mahir menawarkan racun yang terdapat dalam kandungan singkong jenis thailand. Sri mengatakan, dapat saja eyek eyek diciptakan dari jenis singkong makan, tetapi kualitasnya tidak sebagus singkong jenis Thailand.

"Kalau singkong santap seperti Ir, ketan, klenteng dan sejenisnya, aci nya tidak sebagus jenis singkong Thailand, dan krupuknya masih gurih dari singkong jenis Thailand," papar Sri Wahyuni.

Sri Wahyuni yang berdomisli di Desa Pakuan Aji, Kecamatan Sukadana, memproduksi kerupuk eyek eyek guna mengisi permintaan pelanggannya. Dalam satu minggu krupuk eyek eyek yang diproduksi tidak cukup dari 2 kwintal.

"Pelanggan dari Bandar Sribhawono, Metro, Batanghari dan Way Jepara," ucap ibu dua anak tersebut.

Singkong yang dia bisa dengan melakukan pembelian dari lapak-lapak singkong dengan harga 900 rupiah per kilo nya. Dalam satu kwintal singkong dapat dijadikan 25 kilo eyek eyek. Sementara eyek eyek buatannya di bandrol ekuivalen Rp12 ribu per kilo nya.

Setahun terakhir Sri Wahyuni menyatakan omset menurun selama 50 persen dari sebelumnya. Hal tersebut menurutnya disebabkan karena Pandemi Covid-19.

"Banyak pelanggan saya yang berhenti sebab tidak dapat jualan sebab Covid-19," cerah Sri Wahyuni.

Ironisnya, ditengah pemerintah gencar memberikan pertolongan tunai untuk pelaku UMKM, tetapi sama sekali Sri Wahyuni tidak menikmati program pertolongan dimaksud. Bahkan buatan eyek eyek sempat menurun dan ketika ini menjelang momen Hari Raya Idul Fitri.

Dikarenakan konsumen mulai merangkak naik menjelang Idul Fitri, Sri Wahyuni mesti menggadaikan BPKB sepeda motor nya untuk garansi meminjam duit di di antara BMT untuk ekstra modal.

"Bantuan apa? belum pernah saya mendapat bantuan. Justru ini menjelang lebaran pemesan eyek eyek mulai banyak. Saya pinjam di koperasi untuk ekstra modal," pungkas Sri Wahyuni. (Agus. S)


Sumber : Kupastuntas.co

Posting Komentar

0 Komentar