Produksi kolang-kaling milik Wardini di Kelurahan Sukarame II, Teluk Betung Barat. Foto: Siti. K |
Feature, Bandar Lampung - Kolang-kaling yang dibuat dari biji pohon aren menjadi bahan makanan dan minuman yang lumayan diminati oleh masyarakat saat Bulan Suci Ramadan tiba.
Kolang-kaling yang identik berwana putih dan kenyal tersebut seringkali digunakan sebagai bahan gabungan es buah, kolak, atau manisan yang disajikan sebagai kudapan berbuka puasa.
Tak heran, ketika bulan Ramadan tiba, permintaan kolang-kaling di tingkat petani atau perajin kebanjiran pesanan atau merasakan peningkatan yang lumayan siginifikan.
Peningkatan tersebut dialami oleh Wardini (45), salah seorang petani kolang-kaling yang beralamat di Kelurahan Sukarame II, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.
"Permintaan kolang-kaling ketika puasa bertambah. Pada hari biasa peminat kolang-kaling 8 Kg, tetapi saat bulan Ramadan dapat mencapai 5 kwintal per hari," kata Wardini, saat didatangi Kupas Tuntas, Sabtu (24/4/2021).
Menurutnya, bila dikomparasikan dengan bulan Ramadan sebelum masa pandemi Covid-19, permintaan kolang-kaling pun mengalami penurunan dampak kurangnya permintaan.
"Biasanya sebelum pandemi sehari dapat 1 ton terjual. Namun kini permintaan merasakan penurunan sekitar pandemi. Tapi ya Alhamdulillah disyukuri saja," ujar Wardini, yang telah berbisnis kolang-kaling semenjak tahun 2009.
Ia mengatakan, ketika hari biasa harga kolang-kaling di bandrol Rp8.000 per kilogram. Namun ketika Ramadan, dampak permintaan nya merasakan kenaikan, maka harganya menjadi Rp10.000 per kilogram.
"Kami belum pernah mengirim keluar wilayah seperti Jakarta, sebab permintaan di dalam Lampung sendiri telah banyak. Jadi kami menyukupi yang di Lampung dulu," terangnya.
Untuk bahan, Wardini mengaku menyebabkan buah kolang-kaling mentah itu dari sekian banyak Kabupaten yang terdapat di Lampung. Seperti dari Kabupaten Tanggamus dan Mesuji. (Siti. K)
Sumber : Kupastuntas.co
0 Komentar