Siang tersebut dari jalan poros desa, terlihat sesosok pemuda dengan mengenakan baju warna hitam sedang menghaluskan (amplas) potongan bambu dengan mesin simpel yang dibuatnya sendiri, dengan memakai tenaga listrik guna memutar roda amplas menciptakan potongan potongan bambu menjadi halus.
Tampak di depan suatu ruangan 2,5 x 2,5 meter tertulis 'rumah bambu'. Potongan bambu bersandar pada tembok ruang kecil tersebut, yang memang untuk memproduksi miniatur dari bahan baku bambu.
"Ya ini lagi menghaluskan bambu mas. Setelah tersebut saya format sesuai yang diinginkan," cerah Bayu, sembari mempersilakan Kupas Tuntas guna masuk ke rumahnya.
Bayu sudah banyak membuat miniatur yang siap dipasarkan, seperti cangkir, becak, traktor, pesawat dan sejumlah gantungan kunci.
"Ini seluruh sudah siap dipasarkan," ujar Bayu, dengan menunjukan sejumlah miniatur tersebut.
Bayu memasarkan miniatur itu dari harga Rp20 ribu sampai Rp200 ribu, tergantung tingkat kendala membuatnya.
Sementara bahan baku yang dipakai 90 persen dari bambu dan Bayu menggarap pembelian satu batang bambu ekuivalen Rp10 ribu.
"Bambu saya pakai bambu petung dan bambu hitam," papar Bayu.
Namun soal pasar masih menjadi kendala untuk Bayu, khususnya di tengah Pandemi Covid-19. Bayu berencana akan menjual produknya di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan target konsumen pengunjung wisata.
Namun karena situasi alam yang tidak bersahabat, semenjak Maret sampai sekarang TNWK masih di blokir untuk umum.
"Kenapa saya bercita-cita berjualan di TNWK, di samping objek wisata nasional desa kami merupakan jalan poros masuk TNWK," cerah Pria tersebut.
Terkait dengan situasi saat ini, Bayu melulu memasarkan karyanya melewati media sosial, dan ditengah situasi seperti ini (Covid-19) dalam masa-masa satu bulan Pria tersebut dapat menjual cawan bambu sejumlah 40 unit.
"Kalau menurut keterangan mereka sih kayaknya minum kopi dengan cawan bambu lebih segar bila dibanding cawan jenis plastik," tutup Bayu.
Sementara, seorang penggiat lingkungan, Kausar, yang tergabung di WCS mengatakan, karya Bayu dengan membuat cawan bambu lalu dijual secara tidak langsung, menolong program ramah lingkungan.
"Kami pun mencoba meminum kopi dengan cawan bambu dan rasanya bertolak belakang dengan cawan plastik," cerah Kausar. (Agus. S)
Sumber : Kupastuntas.co
0 Komentar